Kamis, Februari 19, 2009

EMPAT ALASAN KENAPA ANAK SUKA BERBOHONG

Oleh : TuanPutrie

Menurut pengamatan saya selama ini, secara umum ada empat alasan kenapa anak suka berbohong, yaitu :

1. Takut dimarah

Takut dimarah orang tua, kakak, teman, ataupun guru, sepertinya sangat menjadi alasan kenapa anak berbohong pada kita. Coba aja diamati dalam lingkungan kita. Anak kita, adik kita, murid kita, ataupun anak tetangga kita pasti sebagian besar dari mereka pernah berbohong. Ketika anak pulang sekolah terlambat, misalnya. Pas ditanya orang tuanya, dia bilang abis belajar kelompok. Padahal dia jalan ke Mall dulu atau nongkrong-nongkrong sama teman-teman di kosan, atau ada alasan lain, yang kalo diketahui orang tuanya, dia bakal kena marah.
Seorang murid yang menyelewengkan uang SPP pemberian orang tuanya sehingga SPP nya nunggak, ketika ditanya oleh walikelasnya kenapa SPPnya belum dibayar, dia bilang bahwa orang tuanya sedang belum ada uang sehingga belum bisa membayar SPP. Bagi yang anak kos, paling-paling bilang bahwa kiriman belum sampai. “Belum dapat kiriman, Bu” begitulah dalihnya ketika walikelas mengingatkan untuk segera melunasi uang SPPnya.
Kemudian, ketika di rumah ditanya sama orang tuanya, uang SPPnya sudah dibayar atau belum, dia bilang “sudah”. Ambil langkah aman, pasti pikirnya begitu. Kalo dia bilang belum, pasti bakal kena hajar oleh ayahnya yang sangar dan dimaki-maki oleh ibunya yang cerewet. Ntar, kalo sang walikelas menyampaikan ke orang tuanya bahwa uang SPPnya belum dibayar, baru..tahu rasa.., Kelabakan..!
Bapak/ibu, teman-teman, ataupun para pelajar sekalian, pasti bisa mengamati anak-anak dilingkungan anda. Bagi anak-anak yang pernah berbohong, pasti sepakat dengan pendapat saya ini dan pasti bilang, “Emang iya si.., dari pada jujur kena marah, lebih baik tidak jujur..” Iya gak?? Pasti deh, karena saya juga pernah ngalaminnya sih…, he..he..he..

2. Menjaga Reputasi

Ada juga anak yang berbohong karena menjaga reputasinya, menjaga harga dirinya, menjaga namanya agar senantiasa dikenal baik oleh orang lain. Coba deh kita amati di lingkungan kita. Ketika ketahuan oleh orang tuanya bahwa uang SPPnya belum dibayarkan, dia pasti berdalih, “Dipinjem teman, Ma. Saya kasian liat temen saya benar-benar membutuhkan uang” Begitulah, ataupun mungkin ada alasan lain yang sejenis, intinya ingin melindungi diri dari pandangan buruk orang tuanya. Ingin mempertahankan posisinya sebagai anak baik yang selalu jujur dan suka membantu orang lain yang kesusahan.
Contoh lain ketika ulangan, misalnya. Para murid senang sekali mencontek, hanya karena ingin mendapat nilai tinggi. Dia rela melakukan penipuan, bahkan menipu diri sendiri untuk sebuah pujian “kamu anak yang pintar”. Kalau nilai ulangannya bagus, tentunya guru akan senang dan orang tua akan bangga. Tak tahulah mereka, apakah hasil dari anak tersebut halal atau tidak. Yang penting, nilainya bagus. Iya gak?
Jangankan dikalangan anak-anak, orang dewasa pun banyak yang melakukan hal ini. Contohnya aja bapak-bapak yang suka selingkuh. Pembaca sekalian boleh setuju boleh tidak kalo saya mangatakan bahwa selingkuh itu sama dengan berbohong. Dengan berselingkuh, dia telah membohongi istri dan anak-anaknya. Dia juga telah membohongi publik. Karena tidak mau dipandang buruk oleh istri, anak, ataupun lingkungannya, maka dia tidak mau mempublikasikan hubungannya dengan wanita lain. Dia memilih untuk menyembunyikan kelakuannya karena ingin menjaga agar reputasinya di mata orang lain tetap baik. Sungguh..keterlaluan. Iya gak?
Kalo ga percaya, amatilah lingkungan disekitar anda.., kebohongan itu dapat terjadi karena naluri seseorang ingin “mempertahankan nama baiknya”.

3. Ingin Meraup Keuntungan

Tak sedikit anak berbohong karena ingin meraup keuntungan. Misalnya, uang LKS yang harganya Rp.7000,- dilaporkannya dengan orang tua Rp.10.000,-uang iuran kelas Rp. 20.000,- dia minta uang ke orang tuanya Rp.25.000,-, dan seterusnya. Ini semua dilakukan semata-mata supaya mendapat uang lebih yang bisa digunakan untuk memenuhi keinginan pribadinya yang sebenarnya tidak terlalu bermanfaat. “Dari pada minta terus terang tidak diberi, lebih baik aku korupsi.” Kebanyakan mereka berpendapat begitu.
Nah, begitulah manusia. Masih kecil saja sudah korupsi, apalagi yang sudah dewasa? Tindakan korupsi, baik itu dalam skala kecil maupun skala besar, seperti yang sering dilakukan oleh para pejabat di Negara kita ini, semuanya adalah suatu praktik “penipuan atau pembohongan” yang dilandasi oleh keinginan untuk meraup keuntungan pribadi yang melimpah. Tak pikir panjang lagi, bahwa sesungguhnya ada orang yang merasa dirugikan oleh tindakannya tersebut. Na’udzubillah.

4. Penyakit

Ini yang paling berbahaya. Sering berbohong karena penyakit yang telah merajalela dalam dirinya. Kalau tidak berbohong, rasanya tidak tentram hidup. Penyakit suka berbohong, ini merupakan penyakit psikologi yang sangat berbahaya. Bisa jadi ini disebabkan karena kebiasaan berbohongnya telah dilakukan berulang ulang sehingga membentuk sebuah karakter pembohong dalam dirinya. Kalau seseorang, dari kecil sudah terbiasa berbohong, maka ketika dewasa dia akan semakin terbiasa untuk berbohong dengan tingkat yang lebih tinggi.
W”aspadalah…., kalo anak atau murid kita sudah terserang penyakit suka berbohong, sebaiknya perlu dibawa ke psikolog deh..!

Empat alasan tersebut, saya pikir bisa saling berkaitan satu sama lainnya. Maksudnya, seorang anak bisa saja berbohong karena salah satu alasan di atas, ataupun karena gabungan dari beberapa atau semua alasan di atas. Yang jelas, sebagai guru, orang tua, kakak, ataupun sebagai teman, sebaiknya kita berhati-hati terhadap anak yang suka berbohong, dan segera mencari solusinya, agar sang anak berhenti berbohong. Bagi yang merasa masih anak-anak, ataupun bahkan yang merasa pernah mengalami, mari kita renungkan, “Apa alasan utama saya berbohong??” Lalu.. Berhentilah berbohong, karena “Jujur” sepertinya lebih membahagiakan dan menentramkan jiwa. [TuanPutrie]

Tidak ada komentar: